BAG 1
PENTINGNYA
MOTIVASI
BAGI SETIAP
INDIVIDU
Setiap orang pasti sering mengalami
kejenuhan, baik itu karena pekerjaan, perkuliahan, belajar, keadaan
lingkungan sekitar, dan lain-lain. Banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan
kejenuhan atau bahkan keputuasaan pada diri setiap orang. Namun, kejenuhan itu
janganlah dibiarkan begitu saja. Kejenuhan yang melarut akan dapat membuat kita
semakin terpuruk saja, bahkan dari kejenuhan itu dapat menimbulkan stress. Oleh
karena itu, kita harus bisa menghilangkannya dengan membangkitkan motivasi yang
ada pada diri kita.
Motivasi adalah dorongan psikologis
yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi dapat membuat keadaan
dalam diri individu muncul, terarah, dan mampu mempertahankan perilaku. Setiap
orang memiliki motivasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi,
serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi /
dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Menurut seorang profesor di
Universitas Wesleyan, David Clarence McClelland (1917-1998), di dalam bukunya
yang berjudul ‘The Achieving Society‘, dia mengemukakan bahwa setiap
individu mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi tersebut
dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi
individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Di dalam teorinya , dia
memfokuskan motivasi / dorongan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
1. Motivasi dalam kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan akan prestasi merupakan
dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat
untuk sukses. Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan
dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan
orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi,
keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan
mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
Sejak masa kecil hingga seseorang
dewasa pasti selalu memiliki harapan atau cita – cita di dalam hidupnya.
Harapan atau cita-cita dalam setiap individu belum tentu akan sama. Misalnya
saja seseorang yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang programmer handal,
tetapi setelah dia dewasa dia menjadi seorang pengusaha yang sukses.Atau
sesornag yang bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha sukses, tetapi
setelah dia dewasa dia hanya menjadi pedagang biasa saja. Perubahan dan
perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor tentunya, salah satu diantaranya
adalah motivasi.
Seseorang yang memiliki motivasi
yang tinggi maka dia akan berusaha untuk melakukan yang terbaik, memiliki
kepercayaan diri akan kemampuannya untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis,
juga akan memiliki tanggung jawab yang besar atas setiap tindakan atau
perbuatan yang dilakukannya. Pada umumnya, seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih berhasil dalam menjalankan tugasnya
dibandingkan seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
2. Motivasi dalam kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan adalah
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana
orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk
ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan
kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan.
Setiap individu yang memiliki
motivasi dalam kekuasaan akan terlihat lebih bekerja keras, bertanggungjawab,
dan sudah pasti akan melakukan segala sesuatunya dengan kemampuannya yang
terbaik. Hal ini akan memicu semangatnya untuk mendapatkan suatu penghargaan
dan harapan yang ingin diraihnya. Namun, ada juga individu yang salah
mengartikan dan mempergunakan motivasi ini. Demi meraih kekuasaan, mereka
melakukan dengan jalan yang curang atau tidak benar. Orang-orang seperti ini,
tidaklah pantas untuk mendapatkan posisi kepemimpinan, walaupun mereka juga
memiliki motivasi yang tinggi.
Oleh karena itu, setiap individu
juga harus memiliki akhlak yang baik dan prilaku yang baik dalam mencapai
harapannya. Motivasi kekuasaan yang tidak dibarengi dengan hal-hal tersebut,
dapat bertindak dam melakukan hal-hal yang negatif.
3. Motivasi kebutuhan untuk berafiliasi atau
bersahabat
Kebutuhan akan Afiliasi adalah
hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu
merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan
penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan
afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi
sosial yang tinggi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki
kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan
dalam bekerja atau mengelola organisasi.
Perilaku pada setiap individu, tidak
hanya dipengaruhi motivasi berafilisiasi saja, teteapi juga motivasi
berprestasi dan motivasi kekuasaan. Walaupun motivasi berafilisiasi terlihat
lebih memiliki hubungan yang erat. Perilaku terjadi terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai (Woodhworth (dalam Petri,
1981)). Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang
mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan
mekanisme perilaku.
Motivasi dapat menjadi penyebab perilaku setiap
individu. Menurut Woodhwort ada terdapat 3 karakteristik yang mendukung pernyataan
tersebut, yaitu:
(a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan
sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu;
(b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam
menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu; dan
(c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang
perilaku secara terus menerus.
Dari hal di atas dapat dikemukakan
bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya kebutuhan pada
diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan
dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan
membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi
atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
Motivasi sudah jelas sangat diperlukan
dalam diri setiap orang, selain untuk menghilangkan kejenuhan, juga untuk bisa
meraih segala sesuatu yang dicita-citakannya. Motivasi / dorongan harus selalu
tumbuh dalam setiap individu. Untuk itu, ada dua sumber motivasi yaitu motivasi
internal dan motivasi eksternal.
- Motivasi Internal yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran diri sendiri, tidak perlu adanya rangsangan dari luar. Orang yang memiliki motivasi internal, akan memandang dirinya secara positif. Sebagai contoh, seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa adanya motivasi dari luar dirinya dan bila ditinjau dari segi tujuan kegiatannya, orang tersebut ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, misal karena ingin mendapatkan pengetahuan, bukan karena tujuan yang lain.
- Motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar atau mendapatkan rangsangan dari luar. Sebagai contoh, motivasi seseorang timbul karena dari bacaan yang memotivasi, lingkungan, atau dari kehidupan keseharian. Sehingga bila ditinjau dari segi tujuannya orang tersebut tidak langsung terjun didalam apa yang dilakukannya. Hal ini sangat diperlukan bagi orang yang tidak memiliki motivasi internal, misalnya dengan mendapat dukungan dari orangtua, termotivasi untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik karena pengaruh lingkungannya.
Kedua motivasi ini akan terlihat
baik, jika keduanya dikombinasikan atau dengan kata lain kedua motivasi ada
tumbuh dalam setiap individu. Namun, sebaiknya motivasi internal-lah yang harus
ada, jika keduanya tidak bisa dikombinasikan. Karena motivasi yang datang dari
dalam diri sendiri akan membuat seseorang lebih semangat dan terdorong untuk
berusaha. Selain itu juga, motivasi karena pengaruh luar (eksternal) belum
tentu dapat tumbuh dalam diri seseorang. Untuk itu, ada beberapa cara untuk
menmbuhkan atau melahirkan kembali motivasi internal tersebut, antara lain:
- Menciptakan Imbalan. Contohnya: seorang mahasiswa belajar dengan rajin, karena di berharap akan mendapat imbalan berupa nilai IPK yang bagus.
- Ambil selalu langkah kecil. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang besar perlu langkah-langkah kecil.
- Menciptakan Kesusahan. Hal ini merupakan kebalikan dari yang pertama. Contohnya jika mahasiswa tidak belajar dengan rajin, maka kita tidak akan mendapatkan IPK yang tinggi. Dengan adanya motivasi ini, maka mahasiswa akan belajar dengan tekun.
- Susun Rencana beserta langkah-langkahnya. Dengan memiliki rencana, kita seolah-olah punya alur dan plot menuju tujuan secara teratur. Secara tidak langsung hal ini akan memotivasi diri sendiri dalam mencapai tujuan.
BAG 2
PERKEMBANGAN
MOTIVASI
Setiap individu mempunyai kebutuhan
yang hendak dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu
mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Apabila ada satu kebutuhan yang
tidak terpenuhi akan berdampak pada kelangsungan individu tersebut.tingkah laku
manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan dan tingkah laku manusia tersebut
mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan itu, begitu
seterusnya sehingga terjadi suatu lingkaran motivasi yang tidak pernah
putusnya.
Woolfolk (1993) menyatakan motivasi
dapat didefinisikan sebagai keadaan internal yang menaikkan, mengarahkan, dan
memelihara perilaku. Sntrock dan Yussen (1992) motivasi dapat dipahami sebagai
motif biologis, motif untuk kompetisi, motif yang dipelajari dan berprestasi.
1)motif biologis dipahami sebagai pola ynag terbangun dalam system syaraf
sentral anak sejak lahir. 2) motivasi kompetensi akan berkembang bila anak
diberikan kesempatan untuk menentkan langkahnya sendiri dan bertanggungjawab
atas dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. 3) motivasi dipelajari
adalah motif yang diperooleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. 4)
motivasi berprestasi merupakan salah satu motivasi dipelajari yaitu dorongan
untuk menyelesaikan sesuatu, mencapai suatu standar keunggulan dan memperluas
usaha untuk berhasil secara memuaskan.
Selain keempat motivasi diatas, ada
satu jenis motivasi yang lain yaitu motivasi keridlaan, yakni dorongan yang
keluar dari hati yang ingin mengharapkan ridla Tuhan dalam setiap langkah
perilakunya. Motivasi ini tidak hanya ingin mencapai keberhasilan dunia semata,
namun juga akhiratnya yaitu orang akan bertindak ikhlas dan hanya menharapkan
ridla tuhannya.
Manusia seperti yang dilukiskan
Maslow adalah mahluk yang tidak pernah berada dalam keadaan yang sepenuhnya
puas. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan yang lain akan muncul
dan menuntut pemuasan. Hal ini berlangsung terus-menerus sepanjang rentang
kehidupan manusia.
Maslow menyebutkan lima kebutuhan
manusia yang tersusun secara hierarki. Disebut hierarki karena pemenuhan kelima
kebutuhan tersebut didasarkan atas prioritas utama. Lebih lanjut,Maslow membedakan
kelima kebutuhan manusia ini berdasarkan motif untuk memenuhinya sehingga
disebut hierarki motif. Pada tingkat paling bawah terletak kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, adalah sejumlah kebutuhan yang paling mendesak dan mendapat
prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan langsung dengan kondisi
fisik dan kelangsungan hidup. Kebutuhan fisiologis ini antara lain berupa :
kebutuhan akan makan, minuman, oksigen, sandang, papan, istirahat dan
lain-lain.
Pada tingkat kedua terdapat
kebutuhan akan rasa aman dan ketentraman. Kebutuhan ini mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya,
jaminan keamanan terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan dan lain-lain. Kebutuhan ini terlihat jelas pada bayi dan anak-anak
yang sangat bergantung pada keluarganya.
Pada tingkat ketiga mencerminkan
kebutuhan yang digolongkan dalam kelompok kasih sayang, adalah kebutuhan yang
mendorong individu untuk mengadakan hubungan afeksi tau ikatan emosional dengan
orang lain yang diaktualisasikan dalam bentuk kebutuhan akan rasa memiliki dan
dimiliki, mencintai dan dicintai, kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan
sebagai anggota kelompok, merasa dirinya penting, rasa setia kawan, dan
kerjasama.
Pada tingkat keempat mencerminkan
kebutuhan atas penghargaan diri. Kebutuhan ini mencakup: a) kebutuuhan akan
penghormatan dari diri sendiri seperti rasa percaya diri, hasrat untuk
memperoleh kompetensi, dan kemandirian. b) penghargaan dari orang lain yaitu
penghargaan atas apa yang telah dilakukannya berupa pengakuan, penerimaan,
perhatian, kedudukan dan status, pangkat nama baik dan prestise.
Pada tingkat teratas yaitu kebutuhan
akan aktualisasi diri, adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki manusia
untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan ppotensi dirinya, dengan
kata lain kecenderungan untuk berjuang menjadi apa saja yang mampu kita raih,
motif yang mendorong kita untuk mencpai potensi secara penuh dan
mengekspresikan kemampuan yang unik.
Motivasi kompetensi dan berprestasi
adalah salah ssatu factor psikologis yang sangat potensial untuk mnedukung
keterlibatan siswa dalam KBM. Sejak awal siswa diajak terlibat dalam
mengembangkan progam pembelajran di kelas yang sesuai dengan kebutuhan agar
pembelajaran menjadi menarik dan siswa merasa berkepentingan terhadap KBM.
Selain itu guru hendaknya dapat menciptakan hubungan yang harmonis kepada
siswa. Tidak sedikit siswa yang tidak menyukai atau menyukai bidang pelajaran
tertentu itu dimotivais oleh tingkat keakraban dan keharmonisan hubungan guru
dengan siswa. Guru disini berperan sebgai fasilitator dan motivator anak.
Hendaknya guru dapat memotivasi anak didiknya untuk dapat memecahkan masalahnya
dan mencapai prestasi yang memuaskan.
BAG 3
PENJELASAN MENGENAI
MOTIVASI
Motivasi adalah proses
yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam
definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki
kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi
kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan
yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi
tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk
mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang.
Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang
seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan
"saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini
bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat
belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan
istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah
alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi
dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha,
tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan
kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.
Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa
lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Sejarah Teori Motivasi
Tahun 1950an merupakan periode
perkembangan konsep-konsep motivasi. Teori-teori yang berkembang pada masa ini adalah
hierarki teori kebutuhan, teori X dan Y, dan teori dua faktor. Teori-teori kuno
dikenal karena merupakan dasar berkembangnya teori yang ada hingga saat ini
yang digunakan oleh manajer pelaksana di organisasi-organisasi di dunia dalam
menjelaskan motivasi karyawan.
Teori hierarki kebutuhan
Teori motivasi yang paling
terkenal adalah hierarki teori kebutuhan
milik Abraham Maslow. Ia membuat
hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki
dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan
kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik
dan emosional),
sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan),
penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri
(pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima
kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman
dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan
antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat
atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan
dipenuhi secara eksternal.
Teori kebutuhan Maslow telah
menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori
ini logis secara intuitif.
Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti
empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak
menemukan pendukung yang kuat.
Teori X dan teori Y
Douglas McGregor menemukan
teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer
berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer
mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi
tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku
mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Ada empat asumsi yang dimiliki manajer
dalam teori X.
- Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
- Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
- Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
- Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif
mengenai sifat manusia
dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
- Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
- Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
- Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. *Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
Pengertian, Visioner, Tegas,
Bijaksana Bisa menempatkan diri, Mampu/cakap Terbuka, Mampu mengatur, Disegani
, Cerdas, Cekatan, Terampil, Pemotivasi, Jujur, Berwibawa, Berwawasan luas,
Konsekuen, Melayani, Credible, Mampu membawa perubahan, Adil,
Berperikemanusiaan, Kreatif, Inovatif, Sabar, Bertanggung jawab, Konsiten, Low
profile, Sederhana dan humble (rendah hati), Rendah hati/humble, Royal/tidak
kikir, berjiwa sosial Loyal (setia) kepada bawahan, Disiplin, Mampu menjadi
tauladan/memberi contoh, Punya integritas, Berdikasi/berjiwa mengabdi, Dapat
dipercaya (credible), Percaya diri, Kritis, Religious, Mengayomi, Responsive
(cepat tanggap), Teliti, Supel (ramah), Pema’af, Peduli (care), Profesional,
Berprestasi, Penyelesai Masalah (problem solver), Good looking, Sopan, Cerdas
secara emosi (memiliki tingkat EQ yang tinggi
Teori motivasi kontemporer
Teori motivasi kontemporer
bukan teori yang dikembangkan baru-baru ini, melainkan teori yang menggambarkan
kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan
Teori motivasi kontemporer mencakup:
Teori kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland
dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannyaTeori kebutuhan McClelland
berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:
- kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
- kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
- kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
Teori evaluasi kognitif
Teori evaluasi kognitif adalah
teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk
perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi
tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori evaluasi kognitif telah diteliti
secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung.
Teori penentuan tujuan
Teori penentuan tujuan adalah
teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber
motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang karyawan apa
yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan.
Teori penguatan
Teori penguatan
adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari
konsekuensi-konsekuensinya jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu
dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan
tindakan.
Teori Keadilan
Teori keadilan
adalah teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan
mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan kemudian
merespons untuk menghilangkan ketidakadilan.
Teori harapan
Teori harapan
adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu
terhadap individu tersebut.[9]
Area motivasi manusia
Empat area utama motivasi
manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian.[10]
Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang
melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik
(keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi
kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena
motivasi ekstrinsik,
yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh
imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula fsktor yang lain yang
mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang
itu sendiri.
Variabel-Variabel Motivasi
Kerlinger, N. Fred dan Elazar
J. Pedhazur (1987) dalam Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi
terdiri dari: (1) Motif atas kebutuhan dari pekerjaan (Motive); (2) Pengharapan
atas lingkungan kerja (Expectation); (3) Kebutuhan atas imbalan (Insentive).
Hal ini juga sesuai dengan yang di kemukakan Atkinson (William G Scott, 1962:
83), memandang bahwa motivasi adalah merupakan hasil penjumlahan dari
fungsi-fungsi motive, harapan dan insentif (Atkinson views motivation strengh
in the form of an equattion-motivation = f (motive + expectancy + incentive).
Jadi, mengacu pada pendapat-pendapat para ahli di atas, Cut Zurnali (2004) mengemukakan bahwa motivasi karyawan dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif yang diinginkan. Dalam banyak penelitian di bidang manajemen, administrasi, dan psikologi, variabel-variabel motivasi ini sering digunakan. Berikut akan dijelaskan masing-masing variabel motivasi tersebut.
Motif
Menurut Cut Zurnali (2004),
motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah laku atau
bersikap tertentu. Jadi dicoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang? Apa yang menyebabkan mereka
melakukan sesuatu pekerjaan atau aktivitas. Ini berarti bahwa setiap individu
mempunyai kebutuhan yang ada di dalam dirinya (inner needs) yang menyebabkan
mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu
yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan.
Lebih lanjut Cut Zurnali
mengutip pendapat Fremout E. kast dan james E. Rosenzweig (1970) yang
mendefinisikan motive sebagai : a motive what prompts a person to act in a
certain way or at least develop appropensity for speccific behavior. The urge
to action can tauched off by an external stimulus, or it can be internally
generated in individual thought processes. Jadi motive adalah suatu dorongan
yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah
suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.
William G Scott (1962: 82)
menerangkan tentang motive adalah kebutuhan yang belum terpuaskan yang
mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Secara lengkap motiv menurut
Scott motive are unsatiesfied need which prompt an individual toward the
accomplishment of aplicable goals. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan,
motive adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
perbuatan guna memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan. Selain itu, Maslow
sebagaimana diungkap pada halaman sebelumnya membagi kebutuhan manusia ke dalam
beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik, keselamatan dan keamanan,
sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi diri.
Harapan
Mengacu pada pendapat Victor
Vroom, Cut Zurnali (2004)mengemukakan bahwa ekspektasi adalah adanya kekuatan
dari kecenderungan untuk bekerja secara benar tergantung pada kekuatan dari
pengharapan bahwa kerja akan diikuti dengan pemberian jaminan, fasilitas dan
lingkungan atau outcome yang menarik. RL. Kahn dan NC Morce (1951: 264) secara
singkat mengemukakan pendapatan mereka tentang expectation, yakni Expectation
which is the probability that the act will obtain the goal. Jadi harapan adalah
merupakan kemungkinan bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan. Arthur
levingson dalam buku Vilfredo Pareto (1953: 178) menyatakan : The
individual is influenced in his action by two major sources of role expectation
the formal demands made by the company as spalled out in the job, and the
informal expectation forces make behavioral demans on the individual attemps to
structure the social situation and the devine his place in it.
Dengan merumuskan beberapa
pendapat para ahli, Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa terdapat dua sumber
besar yang dapat mempengaruhi kelakuan individu, yaitu : sumber-sumber
harapan yang berkenaan dengan peranannya antara lain, tuntutan formal dari pihak
pekerjaan yang terperinci dalam tugas yang seharusnya dilakukan. Dan tuntutan
informal yang dituntut oleh kelompok-kelompok yang ditemui individu dalam
lingkungan kerja. Di samping itu, menurut Wiliam G Scott (1962: 105),
addtionally, as could be anticipated, the groups themselves can be axpected to
interact, effecting the others expectations. Ternyata kelompok karyawan sendiri
dapat juga mempengaruhi harapan-harapan yang akan dicapainya. Dan dengan adanya
keyakinan atau pengharapan untuk sukses dapat memotivasi seseorang untuk
mewujudkan atau menggerakkan usahanya (Gary Dessler, 1983: 66). Selanjutnya
Vroom yang secara khusus memformulasikan teori expectancy mengajukan 3 (tiga)
konsep konsep dasar, yaitu : (1) Valence atau kadar keinginan seseorang;
(2) Instrumentality atau alat perantara; (3) Expectacy atau keyakinan untuk
mewujudkan keinginan itu sendiri (Gary Dessler, 1983: 66).
Insentif
Dalam kaitannya dengan
insentif (incentive), Cut Zurnali mengacu pada pendapat Robert Dubin
(1988) yang menyatakan bahwa pada dasarnya incentive itu adalah peransang,
tepatnya pendapat Dubin adalah incentive are the inducement placed the course
of an going activities, keeping activities toward directed one goal rather than
another. Arti pendapat itu kurang lebih, insentif adalah perangsang yang
menjadikan sebab berlangsungnya kegiatan, memelihara kegiatan agar mengarah
langsung kepada satu tujuan yang lebih baik dari yang lain. Morris S. Viteles (1973:
76) merumuskan insentif sebagai keadaan yang membangkitkan kekuatan dinamis
individu, atau persiapan-persiapan dari pada keadaan yang mengantarkan dengan
harapan dapat mempengaruhi atau merubah sikap atau tingkah laku orang-orang.
Secara lebih lengkap Viteles menyatakan : incentive are situasions which
function in arousing dynamis forces in the individual, or managements of
conditions introduced with the expectation of influencing or altering the
behavior of people.
Menurut Cut Zurnali, pendapat
yang mengemukakan bahwa insentif adalah suatu perangsang atau daya tarik yang
sengaja diberikan kepada karyawan dengan tujuan agar karyawan ikut membangun,
memelihara dan mempertebal serta mengarahkan sikap atau tingkah laku mereka
kepada satu tujuan yang akan dicapai perusahaan. Joseph Tiffin (1985: 267)
mengatakan bahwa pemnberian insentif sangat diperlukan terutama apabila
karyawan tidak banyak mengetahui tentang hal apa yang akan dilakukannya.
Berikut secara lengkap diuraikan pendapat Tiffin: ordinary speaking, people
will not learn very much about anything unless they are motivated to do so,
that is, unless they are supplied with an adequate incentive. Maknanya bahwa
seseorang tidak banyak mengetahui tentang sesuatu hal, apabila mereka tidak
didorong untuk melakukan pekerjaan yang demikian itu, yaitu apabila mereka
tidak dibekali dengan insentif secara cukup.