Rabu, 24 Oktober 2012

Makalah Prilaku Organisasi



BAG 1
PENTINGNYA MOTIVASI
BAGI SETIAP INDIVIDU

Setiap orang pasti sering mengalami kejenuhan, baik itu karena pekerjaan, perkuliahan, belajar, keadaan  lingkungan sekitar, dan lain-lain. Banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan kejenuhan atau bahkan keputuasaan pada diri setiap orang. Namun, kejenuhan itu janganlah dibiarkan begitu saja. Kejenuhan yang melarut akan dapat membuat kita semakin terpuruk saja, bahkan dari kejenuhan itu dapat menimbulkan stress. Oleh karena itu, kita harus bisa menghilangkannya dengan membangkitkan motivasi yang ada pada diri kita.
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi dapat membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mampu mempertahankan perilaku. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi / dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Menurut seorang profesor di Universitas Wesleyan, David Clarence McClelland (1917-1998), di dalam bukunya yang berjudul ‘The Achieving Society‘, dia mengemukakan bahwa setiap individu mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi tersebut dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Di dalam teorinya , dia memfokuskan motivasi / dorongan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
1. Motivasi dalam kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
Sejak masa kecil hingga seseorang dewasa pasti selalu memiliki harapan atau cita – cita di dalam hidupnya. Harapan atau cita-cita dalam setiap individu belum tentu akan sama. Misalnya saja seseorang yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang programmer handal, tetapi setelah dia dewasa dia menjadi seorang pengusaha yang sukses.Atau sesornag yang bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha sukses, tetapi setelah dia dewasa dia hanya menjadi pedagang biasa saja. Perubahan dan perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor tentunya, salah satu diantaranya adalah motivasi.
Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha untuk melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, juga akan memiliki tanggung jawab yang besar atas setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukannya.  Pada umumnya, seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih berhasil dalam menjalankan tugasnya dibandingkan seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
2. Motivasi dalam kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.
Setiap individu yang memiliki motivasi dalam kekuasaan akan terlihat lebih bekerja keras, bertanggungjawab, dan sudah pasti akan melakukan segala sesuatunya dengan kemampuannya yang terbaik. Hal ini akan memicu semangatnya untuk mendapatkan suatu penghargaan dan harapan yang ingin diraihnya. Namun, ada juga individu yang salah mengartikan dan mempergunakan motivasi ini. Demi meraih kekuasaan, mereka melakukan dengan jalan yang curang atau tidak benar. Orang-orang seperti ini, tidaklah pantas untuk mendapatkan posisi kepemimpinan, walaupun mereka juga memiliki motivasi yang tinggi.
Oleh karena itu, setiap individu juga harus memiliki akhlak yang baik dan prilaku yang baik dalam mencapai harapannya. Motivasi kekuasaan yang tidak dibarengi dengan hal-hal tersebut, dapat bertindak dam melakukan hal-hal yang negatif.
3. Motivasi kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.
Perilaku pada setiap individu, tidak hanya dipengaruhi motivasi berafilisiasi saja, teteapi juga motivasi berprestasi dan motivasi kekuasaan. Walaupun motivasi berafilisiasi terlihat lebih memiliki hubungan yang erat. Perilaku terjadi terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai (Woodhworth (dalam Petri, 1981)). Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Motivasi dapat menjadi penyebab perilaku setiap individu. Menurut Woodhwort ada  terdapat 3 karakteristik yang mendukung pernyataan tersebut, yaitu:
(a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu;
(b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu; dan
(c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Dari hal di atas dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
Motivasi sudah jelas sangat diperlukan dalam diri setiap orang, selain untuk menghilangkan kejenuhan, juga untuk bisa meraih segala sesuatu yang dicita-citakannya. Motivasi / dorongan harus selalu tumbuh dalam setiap individu. Untuk itu, ada dua sumber motivasi yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.
  • Motivasi Internal yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran diri sendiri, tidak perlu adanya rangsangan dari luar. Orang yang memiliki motivasi internal, akan memandang dirinya secara positif. Sebagai contoh, seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa adanya motivasi dari luar dirinya dan bila ditinjau dari segi tujuan kegiatannya, orang tersebut ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, misal karena ingin mendapatkan pengetahuan, bukan karena tujuan yang lain.
  • Motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar atau mendapatkan rangsangan dari luar. Sebagai contoh, motivasi seseorang timbul karena dari bacaan yang memotivasi, lingkungan, atau dari kehidupan keseharian. Sehingga bila ditinjau dari segi tujuannya orang tersebut tidak langsung terjun didalam apa yang dilakukannya. Hal ini sangat diperlukan bagi orang yang tidak memiliki motivasi internal, misalnya dengan mendapat dukungan dari orangtua, termotivasi untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik karena pengaruh lingkungannya.
Kedua motivasi ini akan terlihat baik, jika keduanya dikombinasikan atau dengan kata lain kedua motivasi ada tumbuh dalam setiap individu. Namun, sebaiknya motivasi internal-lah yang harus ada, jika keduanya tidak bisa dikombinasikan. Karena motivasi yang datang dari dalam diri sendiri akan membuat seseorang lebih semangat dan terdorong untuk berusaha. Selain itu juga, motivasi karena pengaruh luar (eksternal) belum tentu dapat tumbuh dalam diri seseorang. Untuk itu, ada beberapa cara untuk menmbuhkan atau melahirkan kembali motivasi internal tersebut, antara lain:
  1. Menciptakan Imbalan. Contohnya: seorang mahasiswa belajar dengan rajin, karena di berharap akan mendapat imbalan berupa nilai IPK yang bagus.
  2. Ambil selalu langkah kecil. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang besar perlu langkah-langkah kecil.
  3. Menciptakan Kesusahan. Hal ini merupakan kebalikan dari yang pertama. Contohnya jika mahasiswa tidak belajar dengan rajin, maka kita tidak akan mendapatkan IPK yang tinggi. Dengan adanya motivasi ini, maka mahasiswa akan belajar dengan tekun.
  4. Susun Rencana beserta langkah-langkahnya. Dengan memiliki rencana, kita seolah-olah punya alur dan plot menuju tujuan secara teratur. Secara tidak langsung hal ini akan memotivasi diri sendiri dalam mencapai tujuan.






















BAG 2
PERKEMBANGAN MOTIVASI

Setiap individu mempunyai kebutuhan yang hendak dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Apabila ada satu kebutuhan yang tidak terpenuhi akan berdampak pada kelangsungan individu tersebut.tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan dan tingkah laku manusia tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan itu, begitu seterusnya sehingga terjadi suatu lingkaran motivasi yang tidak pernah putusnya.
Woolfolk (1993) menyatakan motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan internal yang menaikkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku. Sntrock dan Yussen (1992) motivasi dapat dipahami sebagai motif biologis, motif untuk kompetisi, motif yang dipelajari dan berprestasi. 1)motif biologis dipahami sebagai pola ynag terbangun dalam system syaraf sentral anak sejak lahir. 2) motivasi kompetensi akan berkembang bila anak diberikan kesempatan untuk menentkan langkahnya sendiri dan bertanggungjawab atas dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. 3) motivasi dipelajari adalah motif yang diperooleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. 4) motivasi berprestasi merupakan salah satu motivasi dipelajari yaitu dorongan untuk menyelesaikan sesuatu, mencapai suatu standar keunggulan dan memperluas usaha untuk berhasil secara memuaskan.
Selain keempat motivasi diatas, ada satu jenis motivasi yang lain yaitu motivasi keridlaan, yakni dorongan yang keluar dari hati yang ingin mengharapkan ridla Tuhan dalam setiap langkah perilakunya. Motivasi ini tidak hanya ingin mencapai keberhasilan dunia semata, namun juga akhiratnya yaitu orang akan bertindak ikhlas dan hanya menharapkan ridla tuhannya.
Manusia seperti yang dilukiskan Maslow adalah mahluk yang tidak pernah berada dalam keadaan yang sepenuhnya puas. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan yang lain akan muncul dan menuntut pemuasan. Hal ini berlangsung terus-menerus sepanjang rentang kehidupan manusia.
Maslow menyebutkan lima kebutuhan manusia yang tersusun secara hierarki. Disebut hierarki karena pemenuhan kelima kebutuhan tersebut didasarkan atas prioritas utama. Lebih lanjut,Maslow membedakan kelima kebutuhan manusia ini berdasarkan motif untuk memenuhinya sehingga disebut hierarki motif. Pada tingkat paling bawah terletak kebutuhan-kebutuhan fisiologis, adalah sejumlah kebutuhan yang paling mendesak dan mendapat prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan langsung dengan kondisi fisik dan kelangsungan hidup. Kebutuhan fisiologis ini antara lain berupa : kebutuhan akan makan, minuman, oksigen, sandang, papan, istirahat dan lain-lain.
Pada tingkat kedua terdapat kebutuhan akan rasa aman dan ketentraman. Kebutuhan ini mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya, jaminan keamanan terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan dan lain-lain. Kebutuhan ini terlihat jelas pada bayi dan anak-anak yang sangat bergantung pada keluarganya.
Pada tingkat ketiga mencerminkan kebutuhan yang digolongkan dalam kelompok kasih sayang, adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afeksi tau ikatan emosional dengan orang lain yang diaktualisasikan dalam bentuk kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai, kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan sebagai anggota kelompok, merasa dirinya penting, rasa setia kawan, dan kerjasama.
Pada tingkat keempat mencerminkan kebutuhan atas penghargaan diri. Kebutuhan ini mencakup: a) kebutuuhan akan penghormatan dari diri sendiri seperti rasa percaya diri, hasrat untuk memperoleh kompetensi, dan kemandirian. b) penghargaan dari orang lain yaitu penghargaan atas apa yang telah dilakukannya berupa pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan dan status, pangkat nama baik dan prestise.
Pada tingkat teratas yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri, adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan ppotensi dirinya, dengan kata lain kecenderungan untuk berjuang menjadi apa saja yang mampu kita raih, motif yang mendorong kita untuk mencpai potensi secara penuh dan mengekspresikan kemampuan yang unik.
Motivasi kompetensi dan berprestasi adalah salah ssatu factor psikologis yang sangat potensial untuk mnedukung keterlibatan siswa dalam KBM. Sejak awal siswa diajak terlibat dalam mengembangkan progam pembelajran di kelas yang sesuai dengan kebutuhan agar pembelajaran menjadi menarik dan siswa merasa berkepentingan terhadap KBM. Selain itu guru hendaknya dapat menciptakan hubungan yang harmonis kepada siswa. Tidak sedikit siswa yang tidak menyukai atau menyukai bidang pelajaran tertentu itu dimotivais oleh tingkat keakraban dan keharmonisan hubungan guru dengan siswa. Guru disini berperan sebgai fasilitator dan motivator anak. Hendaknya guru dapat memotivasi anak didiknya untuk dapat memecahkan masalahnya dan mencapai prestasi yang memuaskan.












BAG 3
PENJELASAN MENGENAI MOTIVASI

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

Sejarah Teori Motivasi

Tahun 1950an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Teori-teori yang berkembang pada masa ini adalah hierarki teori kebutuhan, teori X dan Y, dan teori dua faktor. Teori-teori kuno dikenal karena merupakan dasar berkembangnya teori yang ada hingga saat ini yang digunakan oleh manajer pelaksana di organisasi-organisasi di dunia dalam menjelaskan motivasi karyawan.

Teori hierarki kebutuhan


Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.
Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat.

Teori X dan teori Y

Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X.
  • Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
  • Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
  • Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
  • Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
  • Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
  • Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
  • Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. *Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
Pengertian, Visioner, Tegas, Bijaksana Bisa menempatkan diri, Mampu/cakap Terbuka, Mampu mengatur, Disegani , Cerdas, Cekatan, Terampil, Pemotivasi, Jujur, Berwibawa, Berwawasan luas, Konsekuen, Melayani, Credible, Mampu membawa perubahan, Adil, Berperikemanusiaan, Kreatif, Inovatif, Sabar, Bertanggung jawab, Konsiten, Low profile, Sederhana dan humble (rendah hati), Rendah hati/humble, Royal/tidak kikir, berjiwa sosial Loyal (setia) kepada bawahan, Disiplin, Mampu menjadi tauladan/memberi contoh, Punya integritas, Berdikasi/berjiwa mengabdi, Dapat dipercaya (credible), Percaya diri, Kritis, Religious, Mengayomi, Responsive (cepat tanggap), Teliti, Supel (ramah), Pema’af, Peduli (care), Profesional, Berprestasi, Penyelesai Masalah (problem solver), Good looking, Sopan, Cerdas secara emosi (memiliki tingkat EQ yang tinggi

Teori motivasi kontemporer

Teori motivasi kontemporer bukan teori yang dikembangkan baru-baru ini, melainkan teori yang menggambarkan kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan
Teori motivasi kontemporer mencakup:

Teori kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannyaTeori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:
    • kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
    • kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
    • kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.

Teori evaluasi kognitif

Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori evaluasi kognitif telah diteliti secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung.

Teori penentuan tujuan

Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan.

Teori penguatan

Teori penguatan adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.

Teori Keadilan

Teori keadilan adalah teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan.

Teori harapan

Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.[9]

Area motivasi manusia

Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian.[10] Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula fsktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri.

Variabel-Variabel Motivasi

Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur (1987) dalam Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari: (1) Motif atas kebutuhan dari pekerjaan (Motive); (2) Pengharapan atas lingkungan kerja (Expectation); (3) Kebutuhan atas imbalan (Insentive). Hal ini juga sesuai dengan yang di kemukakan Atkinson (William G Scott, 1962: 83), memandang bahwa motivasi adalah merupakan hasil penjumlahan dari fungsi-fungsi motive, harapan dan insentif (Atkinson views motivation strengh in the form of an equattion-motivation = f (motive + expectancy + incentive).

Jadi, mengacu pada pendapat-pendapat para ahli di atas, Cut Zurnali (2004) mengemukakan bahwa motivasi karyawan dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif yang diinginkan. Dalam banyak penelitian di bidang manajemen, administrasi, dan psikologi, variabel-variabel motivasi ini sering digunakan. Berikut akan dijelaskan masing-masing variabel motivasi tersebut.

Motif

Menurut Cut Zurnali (2004), motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah laku atau bersikap tertentu. Jadi dicoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang? Apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu pekerjaan atau aktivitas. Ini berarti bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam dirinya (inner needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan.
Lebih lanjut Cut Zurnali mengutip pendapat Fremout E. kast dan james E. Rosenzweig (1970) yang mendefinisikan motive sebagai : a motive what prompts a person to act in a certain way or at least develop appropensity for speccific behavior. The urge to action can tauched off by an external stimulus, or it can be internally generated in individual thought processes. Jadi motive adalah suatu dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.
William G Scott (1962: 82) menerangkan tentang motive adalah kebutuhan yang belum terpuaskan yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Secara lengkap motiv menurut Scott motive are unsatiesfied need which prompt an individual toward the accomplishment of aplicable goals. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, motive adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan guna memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan. Selain itu, Maslow sebagaimana diungkap pada halaman sebelumnya membagi kebutuhan manusia ke dalam beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik, keselamatan dan keamanan, sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi diri.

Harapan

Mengacu pada pendapat Victor Vroom, Cut Zurnali (2004)mengemukakan bahwa ekspektasi adalah adanya kekuatan dari kecenderungan untuk bekerja secara benar tergantung pada kekuatan dari pengharapan bahwa kerja akan diikuti dengan pemberian jaminan, fasilitas dan lingkungan atau outcome yang menarik. RL. Kahn dan NC Morce (1951: 264) secara singkat mengemukakan pendapatan mereka tentang expectation, yakni Expectation which is the probability that the act will obtain the goal. Jadi harapan adalah merupakan kemungkinan bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan. Arthur levingson dalam buku Vilfredo Pareto (1953: 178) menyatakan : The individual is influenced in his action by two major sources of role expectation the formal demands made by the company as spalled out in the job, and the informal expectation forces make behavioral demans on the individual attemps to structure the social situation and the devine his place in it.
Dengan merumuskan beberapa pendapat para ahli, Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa terdapat dua sumber besar yang dapat mempengaruhi kelakuan individu, yaitu : sumber-sumber harapan yang berkenaan dengan peranannya antara lain, tuntutan formal dari pihak pekerjaan yang terperinci dalam tugas yang seharusnya dilakukan. Dan tuntutan informal yang dituntut oleh kelompok-kelompok yang ditemui individu dalam lingkungan kerja. Di samping itu, menurut Wiliam G Scott (1962: 105), addtionally, as could be anticipated, the groups themselves can be axpected to interact, effecting the others expectations. Ternyata kelompok karyawan sendiri dapat juga mempengaruhi harapan-harapan yang akan dicapainya. Dan dengan adanya keyakinan atau pengharapan untuk sukses dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan atau menggerakkan usahanya (Gary Dessler, 1983: 66). Selanjutnya Vroom yang secara khusus memformulasikan teori expectancy mengajukan 3 (tiga) konsep konsep dasar, yaitu : (1) Valence atau kadar keinginan seseorang; (2) Instrumentality atau alat perantara; (3) Expectacy atau keyakinan untuk mewujudkan keinginan itu sendiri (Gary Dessler, 1983: 66).

Insentif

Dalam kaitannya dengan insentif (incentive), Cut Zurnali mengacu pada pendapat Robert Dubin (1988) yang menyatakan bahwa pada dasarnya incentive itu adalah peransang, tepatnya pendapat Dubin adalah incentive are the inducement placed the course of an going activities, keeping activities toward directed one goal rather than another. Arti pendapat itu kurang lebih, insentif adalah perangsang yang menjadikan sebab berlangsungnya kegiatan, memelihara kegiatan agar mengarah langsung kepada satu tujuan yang lebih baik dari yang lain. Morris S. Viteles (1973: 76) merumuskan insentif sebagai keadaan yang membangkitkan kekuatan dinamis individu, atau persiapan-persiapan dari pada keadaan yang mengantarkan dengan harapan dapat mempengaruhi atau merubah sikap atau tingkah laku orang-orang. Secara lebih lengkap Viteles menyatakan : incentive are situasions which function in arousing dynamis forces in the individual, or managements of conditions introduced with the expectation of influencing or altering the behavior of people.
Menurut Cut Zurnali, pendapat yang mengemukakan bahwa insentif adalah suatu perangsang atau daya tarik yang sengaja diberikan kepada karyawan dengan tujuan agar karyawan ikut membangun, memelihara dan mempertebal serta mengarahkan sikap atau tingkah laku mereka kepada satu tujuan yang akan dicapai perusahaan. Joseph Tiffin (1985: 267) mengatakan bahwa pemnberian insentif sangat diperlukan terutama apabila karyawan tidak banyak mengetahui tentang hal apa yang akan dilakukannya. Berikut secara lengkap diuraikan pendapat Tiffin: ordinary speaking, people will not learn very much about anything unless they are motivated to do so, that is, unless they are supplied with an adequate incentive. Maknanya bahwa seseorang tidak banyak mengetahui tentang sesuatu hal, apabila mereka tidak didorong untuk melakukan pekerjaan yang demikian itu, yaitu apabila mereka tidak dibekali dengan insentif secara cukup.